Friday, August 1, 2008

DANA PARPOL

Saweran Saudagar, Jumputan Beras, Hingga Jual Kambing

Jusuf Kalla & Akbar Tandjung (Antara/Fouri Gesang Sholeh)Golkar: Bertabur Saudagar

Partai Golkar telah melewati problem dasar pencarian dana. Anggaran Rp 200 milyar sudah disiapkan untuk menopang kampanye. Ada kabar lain, logistik kampanye malah sudah dikirim ke berbagai pelosok Nusantara setahun lalu. Sebab, bila dikirim pada hari-hari kampanye, dipastikan muatan kapal sedang penuh.

Sumber dana Golkar, dikatakan, juga digali dari kader andalan. Bukan sekadar jumputan beras, tapi jumputan belasan milyar. "Istilahnya, di Golkar banyak saudagarnya," kata Firman Soebagyo, Ketua Badan Pemenangan Pemilu DPP Golkar. "Para pengusaha menyadari, ekonomi tidak boleh dipisahkan dari politik. Kepentingan bersama kami bangun di sini," katanya.

Digalakkannya sumbangan dari kader saudagar itu seiring dengan menyusutnya sumbangan negara. Dengan model bantuan lama, Golkar dengan perolehan 24 juta suara bisa mendapat Rp 24 milyaran. Hitungannya, per suara Rp 1.000. Kali ini, Golkar dengan 127 kursi hanya memperoleh sekitar Rp 13 milyar, karena bantuan dihitung tiap kursi Rp 21 juta per tahun.

Tentang adanya sejumlah kader Golkar yang terlilit perkara aliran dana ilegal, Firman menyatakan, Golkar tidak pernah menginstruksikan pada kader di legislatif untuk mencari uang buat partai. "Golkar akan menggunakan dana halal, bukan yang haram," katanya.

PAN: Tak Seret, Tak Juga Berlimpah

Ketua Badan Pemenangan Pemilu PAN, Totok Daryanto, mengaku tidak mengalami kesulitan dalam pengumpulan dana kampanye. "Insya Allah aman," ujarnya. "PAN itu dananya normal. Dibilang berlimpah nggak, seret juga nggak." Banyak kalangan percaya, partai pimpinan pengusaha asal Pekalongan, Sutrisno Bachir, ini bisa mengatasi problem keuangan. Sutrisno sendiri jorjoran membelanjakan uangnya untuk iklan.

Total anggaran yang disiapkan PAN untuk saksi saja mencapai Rp 300 milyar. Hitungannya, per TPS ada lima orang, masing-masing diberi uang transpor, konsumsi, dan rokok Rp 100.000. Total Rp 300 milyar. Kalau anggaran tak cukup, honor saksi diturunkan menjadi Rp 50.000. Total tinggal Rp 150 milyar.

Faktor yang membuat biaya membengkak adalah berkembangnya daerah pemilihan (dapil) menjadi 79. Kalau tiap partai mengajukan 10 calon anggota legislatif (caleg) per dapil, dan masing-masing caleg menghabiskan Rp 300 juta, maka totalnya bisa Rp 237 milyar.

Salah satu strategi penggalangan dana PAN adalah mengorganisasi para pengusaha yang bersimpati pada PAN dengan membentuk organisasi "Sejahtera Anggotaku". Ketuanya adalah Asman Abnur, Bendahara Umum PAN. Kebanyakan anggotanya adalah pengusaha kelas menengah. "Kelas konglomerat belum ada. Kalau ada yang mau gabung, silakan," kata Totok.

Anggota legislatif asal PAN kebetulan banyak juga dari kalangan pengusaha. Minimal 20% pendapatan anggota legislatif disetorkan pula ke partai. Itu sumber pokok. Ditambah bantuan pemerintah per kursi Rp 21 juta per tahun itu. "Kebetulan Ketua Umum PAN juga pengusaha. Jadi, adalah sumbangan dari dia," ia menambahkan.

PDI Perjuangan: Modal Gotong Royong

PDI Perjuangan diprediksi tak kesulitan menggalang dana. Pada saat sejumlah survei politik belakangan banyak mengunggulkan peluang kemenangannya, diperkirakan banyak penyandang dana yang terpikat untuk berinvestasi politik. Tapi Ketua Bidang Pemenangan Pemilu DPP PDI-P, Tjahjo Kumolo, sulit menghitung total anggaran.

"Sulit dihitung habis berapa karena kebutuhan tiap daerah pemilihan sudah ditutup caleg di semua tingkatan secara gotong royong," kata Tjahjo. Yang bisa direkap adalah sewa pesawat untuk juru kampanye nasional, Megawati Soekarnoputri, perencanaan iklan media, baliho, dan spanduk. Tapi Tjahjo tak menyebut angka.

Untuk modal gotong royong itu, salah satu caleg PDI-P yang kini anggota DPR, Ganjar Pranowo, mengaku mengumpulkan dana dengan menabung dari honor pansus, perjalanan luar negeri, dan lain-lain.

Mengacu pada Pemilu 2004, Ganjar menghabiskan dana Rp 300 juta. Separuh untuk iuran ini-itu, sisanya untuk tiket pesawat, hal-hal non-teknis, atau menyambut tokoh besar parpol yang datang. Pengeluaran terbesar adalah biaya tak terduga. Pada waktu itu, peserta kampanye massal mengalami kecelakaan satu truk. Ganjar harus merogoh kocek tak kurang dari Rp 15 juta untuk biaya pengobatan.

PKB: Paceklik Sepanjang Musim

Seorang pengusaha menyayangkan konflik internal PKB karena membuat banyak donatur enggan menyumbang. Padahal, ada sejumlah orang berduit yang cocok dengan tampilan Islam model Gus Dur. Tapi Bendahara PKB, Aris Djunaidi, menyatakan bahwa bukan saat konflik saja PKB susah cari duit. "Dari dulu kami sudah biasa paceklik," katanya. Dana partai biasanya dikumpulkan dari iuran pendukung dan saweran para caleg.

"Ada caleg yang sampai jual kambing atau menggadaikan warisan," katanya kepada M. Nur Cholish Zaein dari Gatra. PKB mengandalkan loyalitas pendukung. Aris merujuk pada pilkada di Wonosobo dan Demak, Jawa Tengah: meski dengan dana kecil, PKB memenangkan pemilihan bupati.

PKB pernah punya beberapa menteri di kabinet. Tapi, menurut Aris, mereka pelit menyumbang PKB. Tapi menteri asal PKB periode ini, Erman Soeparno, menjadi Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu PKB kubu Muhaimin Iskandar. Aris menaksir, kebutuhan biaya politik kali ini mencapai Rp 500 milyar.

Sejauh ini, sumber yang sudah kelihatan adalah dari caleg. Ketika mengambil formulir, mereka menyerahkan Rp 5 juta. Tapi biaya kampanye diserahkan kepada tiap caleg untuk mencari sendiri. Sumber lain adalah bantuan pemerintah per kursi. Upaya merapat ke konglomerat pernah dijajaki ketika menawari Artalyta Suryani alias Ayin menjadi Bendahara PKB. Namun Ayin keburu ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi.

Sumber terbesar dana PKB, kata Aris, adalah dari jaringan Gus Dur. Banyak orang tahu, Gus Dur disukai banyak pengusaha Tionghoa karena konsistensinya membela kaum minoritas. Menurut Aris, bagi PKB, uang itu penting, tapi bukan segalanya. Lalu, soal strategi penggalangan dana di tengah konflik internal dan munculnya kasus Yusuf Amir Faishal, anggota DPR asal PKB, Aris menjelaskan singkat, "Kami mengalir saja, Mas."

PKS: Partai Kantong Sendiri

PKS mengaku bukan partai dengan kekuatan finansial besar. "PKS itu kan 'Partai Kantong Sendiri'," kata M. Razikun, Ketua Tim Pemenangan Pemilu PKS. Mereka hanya mengandalkan dukungan dana para kader. Sejak Pemilu 1999, kontribusi finansial terbesar PKS adalah dari kader. Mereka mencetak kaus, stiker, dan atribut sendiri. Kalau mereka tak mampu, kaus apa pun yang warna putih akan dicat logo PKS. Tak mengherankan, pada pemilu lalu, atribut PKS beragam karena dicetak masing-masing.

Ada pula tradisi jumputan beras. Dari rumah ke rumah, beras dikumpulkan, lantas digunakan untuk biaya kegiatan. "Para kader menganggap bahwa ini adalah sedekah," kata Razikun. Para caleg juga berusaha mendanai kampanye sendiri. "Fund raising yang kami lakukan halal secara hukum, agama, dan politik," katanya. Dalam musyawarah kerja nasional di Makassar, Selasa lalu, para caleg dibaiat agar tidak menggunakan dana haram.

Karena PKS tak memiliki pendukung finansial, Razikun tidak bisa menaksir total biaya yang diperlukan. Selain saweran kader, PKS akan mengumumkan pembukaan fund raising melalui pesan singkat (SMS). Dibuka pula rekening partisipasi. Berikutnya, akan digelar malam pengumpulan dana.

Kampanye tak hanya dilakukan di musim kampanye. Sekitar 1 juta kader telah digerakkan untuk melakukan kampanye permanen. "Ini sudah tradisi PKS," ia memaparkan. Kampanye permanen dilakukan dengan cara interaksi langsung di tengah masyarakat. Beragam kegiatan sosial digelar.

Ada pengobatan gratis dan bazar murah. Ada pula pos Wanita Keadilan untuk mengedukasi para ibu rumah tangga. Kampanye door to door pun dilakukan. Kader dikerahkan untuk berkampanye kepada masyarakat sekitar, keluarga, teman kantor, dan sebagainya.


PBR: Semalam Rp 2 Milyar

Partai Bintang Reformasi (PBR), meski digolongkan sebagai partai mungil, tak sulit menggalang dana. Ketua PBR, Ade Daud Nasution, merujuk pada pengalaman tahun 2004, ketika PBR baru berdiri. Pada malam penggalangan dana bisa terkumpul uang Rp 2 milyar. Donatur yang digalang biasanya teman dekat fungsionaris partai. "Misalnya, caleg kami di Jawa Barat punya teman direktur utama sebuah bank, ya, dibawa," kata Ade kepada Mukhlison S. Widodo dari Gatra.

Acaranya juga mendatangkan artis terkenal agar menarik. "Pada waktu itu, saya bawa Ayu Azhari," kata Ade mengenang. Bagaimana peluangnya kini? Ade mengaku, masyarakat sedang antipati pada parpol karena kasus korupsi para anggota dewan. "Ini memang ada impact-nya," tutur Ade. Tapi ia akan tetap mencoba menggelar lagi malam penggalangan dana.

Untuk efektivitas kampanye, Ade akan berkampanye bersama artis dan melalui film. "Saya sekarang produser film di Astro, jadi punya artis muda yang banyak. Nanti pada waktunya saya bilang, 'Eh, Saudara kan sudah saya bantu kerja, sekarang bantu saya kampanye'," ujar Ade. Selain itu, dana juga digalang dari caleg.

Asrori S. Karni, Rach Alida Bahaweres, Anthony Djafar, Basfin Siregar, dan Bernadetta Febriana
[Laporan Utama, Gatra Nomor 37 Beredar Kamis, 24 Juli 2008]

sumber: http://www.gatra.com/artikel.php?id=117005

No comments: